postphx.com – Pada tanggal 13 Mei 2018, sebuah peristiwa tragis terjadi di Surabaya, Jawa Timur, yang melibatkan serangkaian pengeboman bunuh diri. Salah satu insiden yang mencolok adalah ketika seorang pelaku pengeboman menyerahkan motornya ke kantor polisi dan dua hari kemudian menyerahkan diri. Berikut adalah detail peristiwa tersebut.

Pada hari yang sama, 13 Mei 2018, terjadi serangkaian pengeboman bunuh diri di tiga gereja di Surabaya dan satu kompleks rumah susun di Sidoarjo. Salah satu pelaku pengeboman di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Surabaya adalah seorang pria yang mengendarai motor. Setelah melakukan aksinya, pelaku meninggalkan motornya di lokasi kejadian dan melarikan diri.

Dua hari setelah peristiwa tersebut, tepatnya pada 15 Mei 2018, pelaku yang diketahui bernama Antonius Agus Purwanto menyerahkan diri ke kantor polisi. Antonius adalah seorang anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), cabang Asia Tenggara dari ISIS, yang bertanggung jawab atas serangkaian pengeboman tersebut.

Antonius Agus Purwanto adalah seorang mantan narapidana terorisme yang baru bebas dari penjara beberapa bulan sebelum peristiwa pengeboman. Ia dikenal sebagai anggota aktif JAD dan telah terlibat dalam beberapa aksi teror sebelumnya. Setelah bebas dari penjara, Antonius tetap aktif dalam kelompok teroris dan terlibat dalam perencanaan serta pelaksanaan serangan di Surabaya.

Setelah meninggalkan motornya di lokasi kejadian, Antonius sempat melarikan diri dan bersembunyi di beberapa tempat. Namun, tekanan dari pihak kepolisian dan masyarakat yang meningkat membuatnya memutuskan untuk menyerahkan diri. Pada 15 Mei 2018, Antonius datang ke kantor polisi dan mengaku sebagai pelaku pengeboman di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela.

Penyerahan diri Antonius disambut dengan respon yang beragam dari masyarakat. Beberapa pihak mengapresiasi langkah Antonius yang menyerahkan diri, sementara yang lain mengkritik keterlibatannya dalam aksi terorisme. Polisi sendiri mengapresiasi langkah Antonius dan berjanji akan melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap jaringan teroris yang lebih luas.

Penyerahan diri Antonius membuka pintu bagi polisi untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap jaringan Medusa88 teroris yang ada di Surabaya dan sekitarnya. Polisi berhasil mengumpulkan bukti-bukti penting yang mengarah pada penangkapan beberapa anggota JAD lainnya yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan tersebut.

Pengeboman di Surabaya pada 13 Mei 2018 adalah salah satu serangan teroris terbesar di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Peristiwa ini mengingatkan kita akan ancaman terorisme yang masih ada dan perlunya kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan aparat keamanan untuk mencegah aksi serupa di masa depan.

Penyerahan motor dan diri Antonius Agus Purwanto setelah melakukan aksi teror di Surabaya adalah peristiwa yang mencolok dalam sejarah terorisme di Indonesia. Langkah ini tidak hanya membantu polisi dalam penyelidikan lebih lanjut, tetapi juga menunjukkan bahwa bahkan pelaku terorisme pun bisa merasa tertekan dan memutuskan untuk menyerah. Namun, peristiwa ini juga mengingatkan kita akan pentingnya upaya pencegahan dan deradikalisasi untuk mengatasi akar masalah terorisme di Indonesia.